Jakarta, 15 Desember 2024 – Perkumpulan Gastroenterologi Indonesia (PGI) secara resmi meluncurkan Konsensus Penatalaksanaan Diare pada Dewasa di Indonesia Tahun 2024. Konsensus ini menjadi panduan terbaru bagi para tenaga medis di seluruh Indonesia dalam menangani kasus diare pada pasien dewasa, khususnya di tengah tantangan kesehatan yang terus berkembang.
Ketua PGI, Prof. Dr. dr. Ari Fahrial Syam, MMD, SpPD, K-GEH, FACP, FACG, yang juga menjabat sebagai Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, menyampaikan bahwa peluncuran konsensus ini merupakan bagian dari komitmen PGI untuk terus memberikan pembaruan informasi di bidang gastroenterologi.
“Diare adalah salah satu penyakit yang sering ditemui di masyarakat. Guideline ini diharapkan dapat membantu dokter dalam memberikan penanganan yang lebih optimal untuk menekan angka kejadian diare di Indonesia,” jelas Prof. Ari Fahrial Syam.
Berdasarkan laporan Survei Kesehatan Indonesia (SKI) tahun 2023, jumlah kasus diare pada semua kelompok usia di Indonesia mencapai 4,3% dan kelompok pasien berusia lebih dari 75 tahun merupakan populasi dengan prevalensi diare terbesar, yaitu 5,1%. Memasuki musim penghujan, kasus diare cenderung meningkat, terutama di wilayah pemukiman padat penduduk dan daerah yang terdampak banjir, “penting untuk mengantisipasi pada saat musim hujan, jangan sampai tangan kita kotor ketika makan, makanan harus dicuci dahulu sebelum dimakan karena sanitasi sangat penting untuk mencegah terjadinya diare” ungkap Prof. dr. Marcellus Simadibrata, SpPD, K-GEH, PhD, FACG, FASGE, Ahli Gastroenterologi.
Syndromic Testing: Pendekatan yang Cepat dan Akurat untuk Identifikasi Patogen
Teknologi diagnostik untuk diare telah berkembang pesat, terutama dengan hadirnya metode Polymerase Chain Reaction (PCR) multipleks feses. Pemeriksaan PCR multipleks feses ini sangat direkomendasikan bagi pasien dengan diare baik kondisi kronik, persisten atau akut untuk identifikasi patogen secara spesifik. Menurut Dr. dr Hasan Maulahela, SpPD, KGEH selaku Sekretaris Jenderal PGI, teknologi ini sangat dibutuhkan terutama pada kasus-kasus pasien dengan imunitas yang sangat rendah, dimana bakteri yang menginfeksi berbeda dengan pasien yang normal. Bakteri yang biasanya terdapat pada populasi normal tidak menyebabkan penyakit, namun pada pasien dengan imunitas yang rendah bisa menjadi pathogen (bakteri jahat), sehingga perlu tes yang dapat mendeteksi pathogen secara spesifik untuk dapat menghindari penggunaan antibiotik yang tidak perlu.
Syndromic testing menjawab tantangan ini dengan menggunakan PCR multipleks untuk menguji 23 jenis patogen sekaligus, dimana hasil dengan CT-Value memainkan peran penting dalam penegakan diagnostik terutama kasus koinfeksi. Hasil yang cepat dan akurat dapat memberikan alternatif diagnostik tradisional yang ada saat ini seperti metode kultur bakteri dan mikroskop.
Dalam rangka peluncuran konsensus terbaru, PGI menyelenggarakan webinar Expert Meeting on Modern Diagnostics in Diarrhea Management yang dihadiri sekitar 1.400 dokter dari seluruh indonesia sehingga update informasi-informasi terbaru dapat di akses oleh seluruh dokter, baik dokter umum, dokter spesialis penyakit dalam maupun konsultan gastroenterohepatologi. Webinar ini membahas pentingnya penerapan diagnostik sindromik (syndromic testing) dan analisis cycle threshold (CT-Value) pada alat QIAstat-Dx dalam manajemen diare. Komitmen ini sejalan dengan visi dan misi salah satu perusahaan diagnostic dalam penelitian molekuler yang berkolaborasi dengan PGI yaitu QIAGEN, sebuah penyedia layanan Syndromic Testing dengan tagline “making improvements in life possible” yang akan terus berinovasi dan berkolaborasi untuk mendukung peningkatan layanan kesehatan di Indonesia.
Ketua PGI, Prof. Dr. dr. Ari Fahrial Syam, MMB, SpPD, K-GEH, FACP, FACG mengatakan: “Pemeriksaan ini adalah suatu teknologi dan terobosan baru dalam manajemen diare, oleh karena itu kami bersama dengan expert-expert gastroenterologi dari seluruh Indonesia memasukkan teknologi advance ini ke dalam penanganan pasien diare dalam guideline konsensus tahun 2024 ini”
Dengan kolaborasi ini diharapkan pelayanan kesehatan di Indonesia menjadi lebih efisien dan efektif. PGI juga berkomitmen dalam pembaruan konsensus di bidang gastroenterologi, yang diharapkan dapat menghadirkan layanan kesehatan yang lebih baik di Indonesia.