
Jakarta, 9 Desember 2025 — Perkumpulan Gastroenterologi Indonesia (PGI) bersama Yayasan Gastroenterologi Indonesia (YGI) menyelenggarakan kegiatan Pekan Kesadaran Kolitis Ulseratif dan Penyakit Crohn 2025 dalam rangka memperingati Crohn’s and Colitis Awareness Week yang ditetapkan pada 1-7 Desember. Acara berlangsung di JS Luwansa Hotel, Jakarta, serta disiarkan melalui YouTube Live sehingga dapat diikuti oleh peserta dari seluruh Indonesia.
Kegiatan ini dihadiri oleh tenaga kesehatan, perwakilan media, komunitas pasien, serta didukung oleh Kementerian Kesehatan Republik Indonesia dan disupport oleh PT. Takeda Indonesia. Kegiatan ini menjadi momentum nasional dalam meningkatkan pemahaman ilmiah dan kesadaran masyarakat mengenai Inflammatory Bowel Disease (IBD), kelompok penyakit radang usus kronis yang mencakup Kolitis Ulseratif dan Penyakit Crohn.
Meningkatnya Angka IBD Secara Global dan Regional
Dalam sambutan pembuka, Prof. Ari Fahrial Syam (Ketua PGI) menekankan pentingnya peningkatan pemahaman masyarakat tentang Inflammatory Bowel Disease (IBD) penyakit radang usus kronis yang meliputi Kolitis Ulseratif dan Penyakit Crohn. Berdasarkan data Global Burden of Disease (GBD), kasus IBD meningkat secara signifikan sejak 1990 hingga 2021, baik dari sisi insidensi maupun prevalensi. Tren kenaikan ini juga terlihat di negara-negara Asia, termasuk Indonesia.
Oleh karena itu, edukasi publik, deteksi dini, dan kolaborasi lintas sektor menjadi kunci dalam meningkatkan kualitas hidup pasien IBD di Indonesia.
Tantangan Diagnosis: Perlu Evaluasi Menyeluruh
Menurut Prof. Ari Fahrial Syam, diagnosis IBD memerlukan evaluasi multidisipliner. Ia menyampaikan bahwa:
“IBD kerap muncul dengan gejala yang tidak spesifik. Kondisi ini membuat pasien menunda pemeriksaan, sehingga diagnosis sering ditegakkan pada fase yang lebih berat. Deteksi dini menjadi sangat penting untuk mencegah komplikasi. Selain itu, pemeriksaan endoskopi, biopsi, dan tes laboratorium merupakan komponen kunci dalam menegakkan diagnosis IBD. Tanpa pendekatan komprehensif, penyakit ini dapat terlewat atau disamakan dengan gangguan cerna lainnya.”
Kurangnya literasi kesehatan pada masyarakat serta terbatasnya pemahaman mengenai IBD di tingkat layanan primer turut menjadi tantangan tersendiri.
Edukasi Media untuk Tingkatkan Kesadaran Publik
Sesi edukasi media menghadirkan penyintas pasien IBD dan sesi materi yang disampaikan oleh Prof. Ari Fahrial Syam yang memaparkan gejala IBD yang perlu diperhatikan Masyarakat, dampak penyakit terhadap kualitas hidup pasien, pentingnya penanganan dini dan berkelanjutan, perkembangan terapi dan diskusi yang berlangsung interaktif dengan banyak pertanyaan dari media mengenai tantangan diagnosis, akses terapi, serta peningkatan layanan gastroenterologi di Indonesia.
Komitmen PGI dalam Peningkatan Edukasi IBD
Melalui kegiatan ini, PGI menegaskan kembali komitmennya untuk:
- Memperluas akses edukasi publik terkait IBD
- Meningkatkan kapasitas tenaga kesehatan dalam diagnosis dan tata laksana IBD
- Mendorong kerja sama berkelanjutan dengan organisasi internasional seperti Asian Pacific Association of Gastroenterology (APAGE), Asian Education Network (AEN) pada IBD dan World Gastroenterology Organisation (WGO)
- Mendukung riset dan pengembangan pusat layanan IBD di Indonesia
PGI juga menyampaikan apresiasi kepada seluruh pihak yang telah berkontribusi, termasuk Kementerian Kesehatan RI, YGI, serta rekan-rekan media yang berperan dalam penyebaran informasi kesehatan kepada masyarakat.






